Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Mikro dalam
Pembelajaran Kimia
Banyak
permasalahan ditemukan dalam pendidikan kimia di lapangan, seperti rendahnya
nilai kimia baik pada ulangan harian, ulangan umum, rapor, maupun NEM. Hal ini
menunjukkan betapa sulitnya materi kimia dipelajari siswa. Beberapa faktor yang
diduga menjadi penyebab semua itu adalah kemampuan awal siswa, kompetensi guru,
bahan ajar, serta sarana dan prasarana pendukungnya (Sidi, 2000 ).
Hasil
pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kimia belum
berlangsung sebagaimana harusnya dilakukan berdasarkan teori-teori kependidikan
IPA. Praktek pembelajaran kimia sebagian besar dilakukan melalui hafalan dan
ceramah, sehingga penguasaan siswa terhadap konsep-konsep kimia sangat lemah,
akibatnya siswa kurang berminat mempelajari kimia. Bertolak dari hal itu, maka
peningkatan kualitas pembelajaran kimia harus segera dilakukan.
Konsep
dalam pembelajaran ilmu kimia terdiri dari konsep konkret serta konsep yang
bersifat abstrak, dan sebagian besar konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep
yang bersifat abstrak. Pada pendekatan analogi, suatu konsep abstrak
dianalogikan dengan objek atau peristiwa dalam dunia nyata, seperti konsep
disosiasi asam lemah dalam air dapat dianalogikan dengan suasana dalam sebuah
pesta dansa, sebagian tamu berdansa berpasangpasangan (suami-istri) dan
sebagian tamu lainnya memilih duduk-duduk saja masing-masing. Hubungan antara
pH dan pOH dapat dianalogikan dengan dua orang yang masing-masing duduk dikedua
ujung sebuah papan dengan titik tumpu di bagian tengah. Jadi dengan menggunakan
pendekatan analogi tersebut, maka individu akan lebih mudah dalam memahami
konsep kimia yang bersifat abstrak.
Pada
pendekatan pembelajaran konsep kimia melalui representasi mikroskopis
memberikan kontribusi besar untuk mempermudah pemahaman konsep bagi peserta
didik. Deskripsi tentang zat dalam berbagai fasa yaitu padat, cair dan gas,
konsep reaksi kimia, konsep zat basa, kerapatan, struktur zat, stoikiometri dan
konsep kimia larutan akan lebih mudah untuk dipahami jika dipresentasikan
melalui pendekatan mikroskopis.
Model
yang dimaksud dalam pendekatan ini adalah suatu model yang dirancang untuk
memudahkan siswa memahami konsep-konsep yang bersifat mikroskopis, baik dengan
menggunakan gambaran suatu model atau menggunakan teknik animasi komputer.
Model tersebut dirancang untuk menggambarkan keadaan suatu konsep kimia yang
bersifat mikroskopis. Sebagai contoh konsep asam, dalam menggambarkan
keberadaan larutan asam dilihat dari interaksi antara kation dan anion,
kemungkinan ionisasi yang terjadi dan juga perbandingan ukuran anion dan kation
yang berada dalam larutan. Model semacam ini disebut sebagai model
pengggambaran mikroskopis. Keadaan inilah yang menyebabkan banyak penelitian
berkesimpulan bahwa siswa-siswa yang terbiasa menggunakan pemodelan, terutama
model mikroskopis untuk memahami suatu konsep kimia pada umumnya memiliki
logika dan perkembangan intelektual yang lebih tinggi. Kemampuan siswa dalam
menggambarkan atau menggunakan model mikroskopis seperti konsep partikel zat
juga penting untuk menjelaskan fenomena atau reaksi-reaksi kimia, perubahan
kondisi dalam bentuk dan hukum-hukum gas. Bahkan kemanpuan tersebut sangat
penting untuk memahami konsep kimia secara keseluruhan.
Para
ahli pendidikan berpendapat bahwa hal terpenting yang dibawa peserta didik ke
ruang kelas sebelum memulai pembelajaran adalah konsep-konsep yang telah mereka
miliki dan kuasai sebelumnya. Hal ini berarti pemahaman yang benar tentang
suatu konsep merupakan hal yang sangat penting, karena pemahaman yang salah
memungkinkan terjadinya kesalahan pada konsep-konsep lain yang berhubungan. Hal
ini memerlukan keahlian para pendidik untuk dapat memilih metode pembelajaran
yang tepat agar dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan konsep pada
individu peserta didik.