Thursday 19 April 2018


Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Mikro dalam Pembelajaran Kimia

Banyak permasalahan ditemukan dalam pendidikan kimia di lapangan, seperti rendahnya nilai kimia baik pada ulangan harian, ulangan umum, rapor, maupun NEM. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya materi kimia dipelajari siswa. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab semua itu adalah kemampuan awal siswa, kompetensi guru, bahan ajar, serta sarana dan prasarana pendukungnya (Sidi, 2000 ).
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran kimia belum berlangsung sebagaimana harusnya dilakukan berdasarkan teori-teori kependidikan IPA. Praktek pembelajaran kimia sebagian besar dilakukan melalui hafalan dan ceramah, sehingga penguasaan siswa terhadap konsep-konsep kimia sangat lemah, akibatnya siswa kurang berminat mempelajari kimia. Bertolak dari hal itu, maka peningkatan kualitas pembelajaran kimia harus segera dilakukan.
Konsep dalam pembelajaran ilmu kimia terdiri dari konsep konkret serta konsep yang bersifat abstrak, dan sebagian besar konsep dalam ilmu kimia merupakan konsep yang bersifat abstrak. Pada pendekatan analogi, suatu konsep abstrak dianalogikan dengan objek atau peristiwa dalam dunia nyata, seperti konsep disosiasi asam lemah dalam air dapat dianalogikan dengan suasana dalam sebuah pesta dansa, sebagian tamu berdansa berpasangpasangan (suami-istri) dan sebagian tamu lainnya memilih duduk-duduk saja masing-masing. Hubungan antara pH dan pOH dapat dianalogikan dengan dua orang yang masing-masing duduk dikedua ujung sebuah papan dengan titik tumpu di bagian tengah. Jadi dengan menggunakan pendekatan analogi tersebut, maka individu akan lebih mudah dalam memahami konsep kimia yang bersifat abstrak.
Pada pendekatan pembelajaran konsep kimia melalui representasi mikroskopis memberikan kontribusi besar untuk mempermudah pemahaman konsep bagi peserta didik. Deskripsi tentang zat dalam berbagai fasa yaitu padat, cair dan gas, konsep reaksi kimia, konsep zat basa, kerapatan, struktur zat, stoikiometri dan konsep kimia larutan akan lebih mudah untuk dipahami jika dipresentasikan melalui pendekatan mikroskopis.
Model yang dimaksud dalam pendekatan ini adalah suatu model yang dirancang untuk memudahkan siswa memahami konsep-konsep yang bersifat mikroskopis, baik dengan menggunakan gambaran suatu model atau menggunakan teknik animasi komputer. Model tersebut dirancang untuk menggambarkan keadaan suatu konsep kimia yang bersifat mikroskopis. Sebagai contoh konsep asam, dalam menggambarkan keberadaan larutan asam dilihat dari interaksi antara kation dan anion, kemungkinan ionisasi yang terjadi dan juga perbandingan ukuran anion dan kation yang berada dalam larutan. Model semacam ini disebut sebagai model pengggambaran mikroskopis. Keadaan inilah yang menyebabkan banyak penelitian berkesimpulan bahwa siswa-siswa yang terbiasa menggunakan pemodelan, terutama model mikroskopis untuk memahami suatu konsep kimia pada umumnya memiliki logika dan perkembangan intelektual yang lebih tinggi. Kemampuan siswa dalam menggambarkan atau menggunakan model mikroskopis seperti konsep partikel zat juga penting untuk menjelaskan fenomena atau reaksi-reaksi kimia, perubahan kondisi dalam bentuk dan hukum-hukum gas. Bahkan kemanpuan tersebut sangat penting untuk memahami konsep kimia secara keseluruhan.
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa hal terpenting yang dibawa peserta didik ke ruang kelas sebelum memulai pembelajaran adalah konsep-konsep yang telah mereka miliki dan kuasai sebelumnya. Hal ini berarti pemahaman yang benar tentang suatu konsep merupakan hal yang sangat penting, karena pemahaman yang salah memungkinkan terjadinya kesalahan pada konsep-konsep lain yang berhubungan. Hal ini memerlukan keahlian para pendidik untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat agar dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan konsep pada individu peserta didik.